Jumat, 22 November 2013

tentang Ayah

Ketika pertama kali hadir di dunia ini
saat jerit tangisku menggema di ruang bersalin
terdengar suara samar membisik halus ditelingaku
"siapa gerangan?" mungkin pertanyaan itu terbenak dalam hati
ternyata dia Ayahku, orang yang menghantarkanku hadir disini

Teringat bagaimana lembutnya kasih sayang yang kau beri
ditimang, di-nina-bobo-kan, ditenangkan ketika ku menangis
maaf jika tangisanku mengganggumu disaat kau terlelap
maaf jika ku menangis keras jika maksudku tidak kau pahami

hari berganti hari,
kini aku mulai tumbuh
sedikit demi sedikit ku membuka mata, melihat dunia baru yang kan kusinggahi
ku mulai celotehanku memanngilmu "Pa"
ku mulai mendengar suara riuh dunia ini
ya, selamat datang, dunia baru.



Ayah,
kau ajarkan aku bagaimana cara menapak dan melangkah di atas bumi ini
kau ajarkan ku berbicara sepatah dua patah kata
kau ajarkan ku menulis satu persatu huruf dan angka
kau ajarkan semua dengan tulusnya, tanpa pamrih

teringat wajah bahagiamu saat aku mulai menguasai apa yang kau ajarkan
kau mulai memberiku pendidikan layak, pendidikan formal maupun moral
kau mendidikku dengan berbagai macam hal
didikanmu yang keras membuatku sempat berfikir kalau semua Ayah itu jahat
maafkan aku, Ayah.
seharusnya aku tahu semua yang kau lakukan itu demi kebaikanku saat ini dan nanti

ketika aku pergi kesekolah, kau pergi dengan motor hitam itu
pergi mencari nafkah kesana kemari
kau rela bekerja membanting tulang hanya untuk satu tujuan,
"aku ingin bisa menghidupi istri dan anak-anakku dengan layak"
Kau lah ayahku yang pekerja keras dan tak kenal lelah.

"kau sudah mulai remaja sekarang, bukan anak-anak lagi."
kata itu terucap darimu saat itu
aku merasakan masa itu,
masa dimana akalku belum jadi,
masa dimana aku mulai mengenal dan mempelajari dunia baru diluar sana
masa dimana kenakalanku mencoba mengenal apa itu "cinta"
masa dimana aku belum bisa mengendalikan emosi dan rasa egoisku

Ayah,
maafkan aku yang belum bisa membahagiakanmu hingga masa itu
maafkan aku dan kenakalan serta kelalaianku
maafkan aku yang masih belum bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk
maafkan aku jika aku yang tenggelam dimasa itu membuatmu resah
maafkan aku yang suka menuntut ego-ku dan merengek seperti anak kecil jika tidak dikabulkan

Ayah,
tak terasa kini usiamu sudah setengah abad
tak terasa aku mulai tumbuh dan beranjak dewasa
tak terasa sedikit demi sedikit keriput tampak diwajah bijaksanamu
uban pun tidak luput perlahan-lahan menutupi sebagian rambut hitammu

kini diusiaku hampir memasuki seperempat abad,
dan sekarang aku masih berkutat dengan studiku
betapa banyak pengorbananan yang sudah kau berikan untukku hingga detik ini
Kau terus menyemangatiku lewat berbagai hal
entah bagaimana aku membalas semua budi mu selama ini, Ayah.

"Aku ingin mendampingimu di Wisuda nanti. Aku ingin melihatmu memakai Toga, Aku dan Ibumu pasti kan bahagia melihatmu sukses, tidak seperti Aku dan ibumu. Kamu harus bisa "lebih" dari kami yang jenjang pendidikannya tidak sejauh dirimu" 
itu yang menjadi penyemangatku. Ya. Aku ingin membahagiakan kalian, apapun cara halal yang harus kutempuh.
Aku ingin mewujudkan cita-cita kalian, Naik Haji.

semua pesan dan doamu masih terngiang di fikirku,
"belajarlah yang serius, nak. biarkan Ayah tetap bekerja seperti ini sekarang, asalkan kamu bisa jadi orang yang sukses dunia akhirat dan membahagiakan aku dan Ibumu nanti" misalnya.
maafkan aku yang hingga detik ini rasanya belum bisa mengabulkannya.
maafkan aku yang terkadang masih belajar tidak serius. maaf, Ayah, Ibu.

diusiamu saat ini engkau seringkali berpesan,
"Jika nanti Aku sudah mulai tidak punya tenaga untuk berjalan, tidak punya tenaga untuk berdiri, jika sedikit demi sedikit penyakit menggerogoti badanku, jika Aku sudah tidak sanggup untuk membersihkan diri lagi, tolong rawat aku dan ibumu seperti halnya kami merawatmu dulu. 
Jika kamu sukses nanti, Jangan lupakan kami dan Jangan tinggalkan Aku dan ibumu di panti. Aku masih ingin melihatmu, sampai nanti.
Jika umurku sudah tiada lagi, aku tak ingin kamu bertengkar dengan saudara-saudaramu. berbagilah dengan sesama saudaramu, supaya Allah terus mengalirkan Nikmat dan Rezeki padamu, Nak"
Acapkali ku terenyuh. tak segan ku memelukmu, Yah.

Ayahku yang penyayang,
Ayahku yang pekerja keras
Ayahku yang terus berjuang demi aku
Ayahku yang Bijaksana
Ayahku yang Tegas
Ayahku yang kuat
Ayahku Pahlawanku.

1 komentar: